Pages

Monday, November 23, 2015

Martabak Telur

Hai perkenalkan namaku candra, aku adalah anak orang biasa yang hidupnya dengan banyak kisah. Banyak dari teman-temanku bilang "hidup ikuti kebanyakan orang lain lakukan". Dari situ aku berpikir, kenapa harus mengikuti yang umum? apakah kita takut dengan tantangan hidup kita? Mulailah dari situ aku selalu membulatkan tekat "terjang, terjang semua batasan-batasan yang kita miliki maupun yang kita anggap mampu", memang terdengar gila ataupun pemaksaan. Mungkin disemua agama maupun kepercayaan menyuruh kita untuk janganlah bertingkah ataupun melakukan hal yang melebihi batas. Jujur aku beragama Islam, agama yang aku anut juga mengajarkan agar tidak melakukan hal yang melebihi batas. Akan tetapi, didalam agamaku juga mengajarkan yang tertulis didalam kitab Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Allah (Tuhan) tidak akan merubah suatu kaum jika kaum tersebut tak ingin berubah (melakukan perbuatan). Disini menunjukkan bahwa, jika kita mengikuti alur orang lain kebanyakan lakukan, maka jangan kita mengharapkan untuk suatu perubahan yang akan terjadi secara pesat dalam kehidupan kita.

Dari suatu hal kecil akan memberikan suatu dampak kepada suatu hal yang besar, disini saya setuju. Hal yang kecil semisal berjalan, akan memberikan dampak yang begitu besar dalam kehidupan kita seperti kesehatan tubuh kita, pengetahuan baru kita, pengalaman baru kita, dan juga tingkah kita. Memang terlihat sederhana dan sepertinya tidak berguna, coba kita lihat dan amati benar-benar dari kita berjalan tadi. Misal kita ambil berjalan 1 meter dari tempat kita semula, jarak 1 meter tadi sudah menggerakkan otot apa saja? lalu bagaimana dengan peredaran darah kita? apakah ada perubahan? denyut nadi? lalu bagaimana dengan lingkungan sekitar kita? sudah melihat apa sajakah kita selama berjalan 1 meter tadi? masih kurang kah kesenangan yang kita dapat dari berjalan 1 meter tadi? tambahlah jika kurang, dan berhentilah jika kamu sudah puas.

Banyak dari kita tidak memperhatikan hal kecil seperti itu, kenapa? jawabannya jelas karena kita mengikuti hal yang umum orang lain lakukan tanpa ada perubahan dalam hidup kita. Hiasilah hidupmu dengan caramu sendiri, dan jangan lupa untuk tidak melupakan ajaran agamamu. Martabak telur, anggaplah seperti itu kehidupan kita. Ada begitu banyak bahan yang dijadikan satu untuk memperoleh hal yang begitu nikmat. Dengan penggorengan yang begitu pas, diperolehlah kematangan dan rasa panas yang membuat berasap pada martabak telurnya sehingga memberikan aroma yang begitu meggoda untuk dinikmati. Dipotong sesuai selera sang pembuat, tetap rasanya begitu nikmat. 

Saat aku beranjak kelas 5 SD, aku selalu merasa sendiri. Aku beruntung, disaat itu juga aku mulai merasa memiliki sahabat yang aku rasa itulah sahabat sejati. Ya, sahabat sejati itu saling melengkapi dan juga saling membumbui. Martabak telur akan nikmat jika bahannya lengkap dan bumbu yang digunakan ada, itulah rasa yang diberikan jika kalian memiliki sahabat. Aku memiliki tujuan sendiri dan sahabatku juga memiliki tujuannya sendiri. Meski berbeda tujuan kita tetap memiliki sesuatu yang sama, yaitu rasa saling percaya. Dari kecil itu aku selalu diberi nasihat oleh banyak orang, baik keluarga, kakek, nenek, saudara, maupun orang yang tidak aku kenal. Awal mula mereka bertanya "Sekolah dimana?" lalu menjuruslah pada nasihat yang aku maksud "Sekolahlah yang tinggi agar kelak kamu bisa mudah mencari pekerjaan". Setiap aku diberi nasihat seperti itu aku selalu bilang dalam hati "Aku tidak ingin seperti yang kalian sampaikan nasihat itu". Aku selalu bilang "Sekolahlah untuk mencari ilmu, dan carilah ilmu sebanyak yang kamu puaskan agar bisa membangun usaha untuk orang lain". Itu adalah hal yang selalu aku ngiang-ngiangkan didalam pikiranku.

Mulai dari situ aku bertemu dengan orang-orang yang mungkin menurutku langka dalam pemikirannya, salah satunya adalah sahabat-sahabatku. Memang mungkin ini adalah awal perjuanganku untuk melawan arus yang dibuat oleh kebanyakan orang lakukan. Tetapi, tetap aku akan berusaha melawannya sampai aku tidak bisa melawan disaat batas yang sudah aku buat aku lampaui sendiri. Kelas 5 SD adalah awal ceritaku ini.

No comments:

Post a Comment

ISIKAN KOMENTAR ANDA DISINI